MEMBUAT LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT
I. Maksud dan tujuan :
Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui
dan memahami bagaimana cara membuat larutan baku asam oksalat.II. Teori dasar (Materi A2-A9)
TITRIMETRI atau VOLUMETRI
Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu ukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.
- Fungsi buret
Digunakan untuk mengukur volume larutan dengan presisi tinggi seperti titrasi dengan berbagai ukuran volume
- Fungsi labu ukur
Digunakan untuk menyiapkan larutan dalam kimia analitik yang konsentrasi dan jumlahnya diketahui dengan pasti dengan keakuratan yang sangat tinggi
Terbuat dari gelas dengan badan tabung yang rata dan leher yang panjang dengan penutup.
Di bagian leher terdapat lingkaran graduasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas.
-Fungsi pipet
Pipet (pipette, pipettor, chemical dropper)
Digunakan untuk memindahkan sejumlah cairan
Pipet tersedia untuk berbagai jenis penggunaan dengan berbagai tingkatan akurasi dan presisi.
Pipet dengan ukuran volume 1 hingga 1000 μl dinamakan mikropipet (micropipettes), sedangkan ukuran volume yang lebih besar dinamakan dengan makropipet (macropipettes)
Pipet ukur (measuring pipette)
Memindahkan larutan dengan berbagai ukuran volume
Pipet volume (volume pipette)
Memindahkan larutan dengan satu ukuran volume
Pipet tetes (drop pipette)
Membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil tetes demi tetes.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium.
Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.
Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan :
1. Reaksi Kimia :
Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Reaksi pembentukan kompleks
2. Berdasarkan cara titrasi
Titrasi langsung
Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
3. Berdasarkan jumlah sampel
Titrasi makro
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 mL
Ketelitian buret : 0,02 mL.
Titrasi semi mikro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
Analisa volumetri dapat digolongkan menjadi :
1. Asam –basa (netralisasi)
HCl + NaOH -[1] NaCl + H2O
2.Oksidasi reduksi (redoks)
Fe2+ + Ce4+ [1] Fe3+ + Fe3+
3. Pengendapan
Ag+ + Cl-
[1] AgCl
4. Pembentukan kompleks
Ag+ + 2 Ag+ [1] Ag(CN)2-
Syarat-syarat reaksi pada volumetri :
1.Reaksi berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi reaksi
2. Reaksi berlangsung terus menerus atau dengan cepat
3. Ada perubahan fisika atau kimia yang dapat dapat di deteksi apada titik
ekivalen, atau dapat mengubah indikator sehingga diketahui titik
akhirnya.
Syarat-syarat zat baku primer :
1.Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni
2. Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak menyerap udara dan selama
penyimpanan tidak boleh berubah.
3. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi 0,01%
4. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi
5. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
6. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus 6. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus.
TITRASI ASAM –BASA
Dalam hal ini terjadi kesetimbangan asam-basa
Oleh sebab itu agar dipelajari juga teori asam-basa menurut Arrhenius,
Bronsted Lowry dan menurut Lewis (kuliah tersendiri)
Indikator asam – basa Indikator asam – basa
Selama titrasi asam –basa terjadi perubahan pH yang besar, untuk
menentukan titik akhir diperlukan suatu zat penolong yang disebut
indikator. Banyak asam-asam organik lemah atau basa-basa organik
lemah yang berbeda warnanya bila berbentuk molekul atau
terdissosiasi zat semacam ini disebut sebagai indikator visuil
Oleh sebab itu diperlukan cara pemilihan indikator yang benar, sehingga
apabila digunakan dalam titrasi titik akhir dekat dengan titik ekivalen Contoh indikator asam-basa
Nama Indikator Warna asam Warna basa Trayek pH
Alizarin kuning kuning ungu 10,1 -12,0
Fenolftalein tak berwarna merah 8,0 -9,6
Timolftalein tak berwarna biru 9,3 – 10,6
Timolftalein tak berwarna biru 9,3 – 10,6
Fenol merah kuning merah 6,8 -8,4
Bromtimol blue kuning biru 6,0-7,6
Metil merah merah kuning 4,2 -6,2
Metil jingga merah kuning 3,1 -4,4
Para nitrofenol tak berwarna kuning 5,0 -7,0
Timol blue kuning biru 8,0 -9,6
Tropeolin OO merah kuning 1,3 -3,0
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
- Prinsip Titrasi Asam basa
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
- Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
- Rumus Umum Titrasi
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
Yang termasuk larutan baku dan larutan baku rimer :
No. | Larutan Baku | Baku Primer |
1. | NaOH | H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP |
2. | HCl | Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat) |
3. | KMnO4 | H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida) |
4. | Iodium | As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat) |
5. | Serium (IV) Sulfat | As2O3, serbuk Fe pa. |
6. | AgNO3 | NaCl, NH4CNS |
7. | Na2S2O3 | K2Cr2O7, KBrO3, KIO3 |
8. | EDTA | CaCO3 pa, Mg pa |
- Beberapa indikator dan trayek pH :
No. | NamaIndikator | Warna | Trayek pH | |
Asam | Basa | |||
1. | Metil Kuning | Merah | Kuning Jingga | 2,9 – 4,0 |
2. | Metil Jingga | Merah | Jingga Kuning | 3,1 – 4,4 |
3. | Bromo Fenol Blue | Kuning | Ungu | 3,0 – 4,6 |
4. | Merah Metil | Merah | Kuning | 4,2 – 6,2 |
5. | Fenol Merah | Kuning | Merah | 6,4 – 8,0 |
6. | Timol Blue | Kuning | Biru | 8,0 – 9,6 |
7. | Phenolphtalein | Tidak Berwarna | Merah Ungu | 8,0 – 9,8 |
- Bobot Ekuivalen
Contoh :
HCl H+ + Cl-
1mol HCl setara dengan 1mol H+
BE HCl = 1 mol
H2SO4 2H+ + SO42-
1mol H2SO4 setara dengan 2mol H+
½ mol H2SO4 setara dengan 1mol H+
BE H2SO4 = ½ mol
- III. Reaksi
- IV. Alat dan peraksi
- Neraca analitik
- Corong gelas
- Labu ukur 1000 ml
- (COOH2)2 . 2H2O
- V. Cara kerja :
Timbang tepat (COOH2)2 . 2 H2O sebanyak 0,1000 x 63 gr x 100/1000 = 0,6300 gram dengan kertas timbang.
^^^
Masukkan larutan tersebut kedalam labu ukur 100 ml dengan menggunakan corong gelas.
^^^
Encerkan larutan sampai garis takar dengan air suling.
^^^
Kocok 12 x sampai isinya serba sama (homogen).
^^^
Larutan siap dipakai sebagai larutan baku primer.
- VI. Data dan perhitungan
Berat Molekul (BM) = 126
Berat Equivalen (BE/ BS) = BM / valensi = 126/2 = 63 g/l.
1N~1 BE ~ 1 grek = 63,000 g/l.
0,1 x 100 x 63 = 0,6300 g/100 ml.
1 1000
Larutan baku atau standar :
- Primer : H2C2O4
- Sekunder : NaOH
- Tersier : CH3 COOH
VII. Diskusi
Dalam mengencerkan larutan harus tepat pada garis karena jika sedikit saja lebih maka kadar asam oksalat akan berubah. Setelah itu larutan harus dikocok minimal 12 kali karena jika tidak larutan tidak akan homogen.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum ini menghasilkan kadar asam oksalat yaitu 0,6300 g/l.
0 komentar:
Posting Komentar